BAB III UCAPAN DAN EJAAN

Friday, 3 April 2015




A.    UCAPAN

Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.

B.     EJAAN

1.            Pengantar
Ejaan penting sekali artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis. Dalam tulis-menulis orang dituntut untuk dapat menyusun kalimat dengan baik, memilih kata yang tepat, mengeja kata-kata dan kalimat tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku, yaitu EYD.
Sebelum EYD diumumkan, dalam tulis menulis digunakan Ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan tersebut diumumkan berlakunya terhitung mulai 19 Maret 1947. Sebelum ejaan Soewandi berlaku, Ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901, sebelum ejaan Van Ophuysen berlaku dalam bahasa Melayu, digunakan huruf Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tidak teratur.

2.            Pengenalan Huruf

a.      Penulisan Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan untuk mengawali kalimat yang baru. Huruf Kapital digunakan seperti pada huruf awal nama diri, ucapan langsung seseorang, dan juga sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan Tuhan dan Kitab Suci.

Berikut ini adalah beberapa contoh kata pengganti dalam huruf kapital:
·         Kata ganti Tuhan yang ditulis dengan huruf kapital
Contoh:
Kita semua dapat hadir karena berkat Nikmat serta Rahmat-Nya.
                  Hanya kepada Engkaulah tempat hamba meminta.

·         Kata ganti nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan.
Contoh:
      Manusia pertama di bumi adalah Nabi Adam.
      Haji Yahya memberikan santunan kepada anak yatim itu.

·         Kata ganti nama jabatan sebagai pengganti nama diri.
Contoh:
Gubernur Banten memberikan himbauan kepada masyarakat agar menjaga lingkungan.
Direktur PT. Makmur Jaya mendapatkan sanksi karena keterlambatan membayar pajak.
     
      Kata “anda” yang dalam Pedoman Ejaan yang Disempurnakan terbitan yang lama cukup ditulis dengan huruf kecil dalam edisi tahun 1988 ditetapkan harus diawali dengan huruf kapital. Jadi dengan ditetapkannya penulisan “Anda” yang diawali dengan huruf kapital tidak ada lagi kata “Anda” yang diawali dengan huruf kecil.    
      Kemudian kata-kata yang digunakan dalam artian khusus harus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata dengan pengertian umum ditulis dengan huruf kecil. Kata presiden, gubernur, universitas, atau fakultas misalnya, dalam pengetian umum ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: Seorang pelajar akan melanjutkan studi pembelajaran ke universitas setelah tamat dari bangku SMA.

*Dalam pengertian khusus kata-kata tersebut diawali dengan huruf kapital:
Contoh:
Semboyan Negara Kesatuan Replublik Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika.
Presiden Amerika Serikat yang mengunjungi Indonesia sangat terpukau akan keindahan yang dimilikinya.
                 
                                               
b.      Huruf Tebal dan Huruf Miring
Seperti halnya nama lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya harus diawali dengan huruf kapital. Keucali yang berupa kata tugas.  Berbeda dnegan nama lembaga, judul buku atau nama majalah, harus ditulis dengan huruf tebal. Apabila ditulis dengan tangan, kata-kata yang merupakan judul buku ini harus diberi garis bawah.
Contoh: Pedoman Ilmu Tajwid
              1001 Macam Obat Herbal

Apabila judul naskah yang belum diterbitkan sebagai buku seperti naskah skripsi atau tesis cukup ditulis dengan tanda petik (“...”).
Contoh: “Efek yang Muncul Penggunaan Cuka pada Pembuatan Tempe”.
              “Akuntansi Keuangan dengan Menggunakan Standar IFRS”.

                             Apabila judul tersebut sudah tercetak, maka ditulis dengan huruf miring.
Contoh: “Efek yang Muncul Penggunaan Cuka pada Pembuatan Tempe”.
              “Akuntansi Keuangan dengan Menggunakan Standar IFRS”.

Judul karangan yang dimuat dalam majalah atau dalam buku kumpulan karangan, atau judul satu bab dari suatu buku yang harus ditulis dengan huruf miring, kalau diketik atau ditulis tangan diantara tanda petik. Contohnya:

1.  Karangan Drs. Budi Darmawan yang berjudul “Bahasa Inggris Lengkap” dimuat dalam buku Kamus Lengkap Bahasa Inggris Populer.
2.  Karangan Djoko Kencono yang berjudul “Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia“ dimuat dalam buku Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru.

Huruf miring dipergunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata, bagian kata atau kelompok kata. Contohnya:
1.      Huruf pertama kata detik adalah d.
2.      Dia bukan merampok tetapi dirampok. (“me-“ dan “di-“ ditulis miring)

Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya. Contohnya:
Nama ilmiah buah manggis adalah carcinia mongostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Dalam beberapa buku kadang huruf tebal tidak dipergunakan dan yang dipergunakan adalah huruf miring. Dalam hal ini huruf miring digunakan untuk judul buku dan majalah.


3.            Penulisan Artikel dan Awalan
Dalam menulis kata-kata sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan perlu diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkaikan dan yang tidak dirangkaikan.
Ada kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi- misalnya pada adidaya, adikuasa, adimarga, adibusana. Juga awalan awa- pada awabau, awaair, awawarna, awasuara. Awalan awa- ini digunakan untuk mengindonesiakan awalan de- pada kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris dan Belanda seperti deodorant, dehidrasi, devoice yang artinya ‘penghilangan’ atau ‘alat untuk menghilangkan’. Juga mala- seperti malabentuk, malapraktik, malagizi.

Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai. Contohnya:
1.   Angkutan umum di daerah Bogor tidak melayani jurusan antarkota.
2.   Jembatan yang akan dibangun di tengah laut akan menghubungkan antarpulau.

Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai. Contohnya:
1.    Hanya Tuhan yang Mahaadil.
2.    Mahasiswa Universitas Gunadarma itu mengalami kecelakaan hebat.

Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan. Contohnya:
1.    Hanya Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
2.    Dia-lah yang Maha Pengampun.

Yang dikecualikan dari ketentuan diatas adalah kata Maha Esa yang meskipun kata maha itu dirangkai dengan kata dasar, tetapi harus dipisah Ejaan yang benar menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ialah Tuhan yang Maha Esa.
           
Bentuk-bentuk lain yang dirangkai ialah awalan pra-, pasca-, pramu-, purna-, tuna-, Contohnya:
1.    Sistem swasembada yang diterapkan pemerintah DKI Jakarta sangat tidak efektif.
2.   Kebakaran hebat yang terjadi di toko swalayan membuat macet daerah sekitar.

Kata-kata seperti anti-, non-, sub-, poli-, ultra-, supra-, juga ditulis serangkai dengan kata mengikuti. Contohnya:
1.    Dhea menyelesaikan pendidikannya di Politeknik Negeri Jakarta.
2.    Ia menyebut dirinya bahwa ia antinarkoba.

Gabungan dua kata yang diapit oleh awalan dan akhiran juga ditulis serangkai. Contohnya:
1.    Kiki memberikan pertanggungjawaban kepada Selvi, karena telah menghancurkan handphone miliknya.
2.    Ketidakhadiran Andi dalam ujian akhir membuat ia mengulang pelajaran di semester depan.

Kata-kata yang harus ditulis serangkai ialah: padahal, daripada, barangkali, sekaligus, apabila, bilamana, jikalau, andaikata, manakala.


4.            Penulisan Bilangan
Bilangan ada yang harus ditulis dengan angka, ada yang harus ditulis dengan huruf. Bilangan yang menunjukan tahun, jam, tanggal, nomor rumah, harus ditulis dengan angka. Bilangan yang menunjukkan jumlah dari satu sampai sembilan ditulis dengan huruf, jumlah seperti “dua juta rupiah” dapat ditulis dengan huruf, kecuali di dalam tabel atau grafik. Dalam tabel atau grafik jumlah satu sampai sembilan ditulis dengan angka.
Disamping itu jumlah seperti uang, luas tanah, berat suatu benda, jarak antara suatu tempat dengan tempat lain, singkatnya jumlah yang menyatakan ukuran dengan timbangan, selalu ditulis dengan angka, atau kadang ditulis dengan angka tetapi juga disertai dengan huruf yang ditaruh diantara tanda kurung.
Dalam penulisan jumlah, ukuran dan timbangan digunakan juga tanda titik dan koma. Singkatan seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), lt (liter) tidak perlu ditulis dengan tanda titik. Tanda titik digunakan pada jumlah satuan ribuan.
Bilangan tingkat dapat dinyatakan dengan huruf, dengan angka, dan dengan huruf dan angka. Misalnya kelima dapat ditulis keempat atau ke-5 atau V, abad ke-21 dapat ditulis abad XX1. Jadi awalan ke- hanya digunakan apabila dihubungkan dengan angka Arab. Angka Romawi tanpa awalan ke- sudah menyatakan tingkat.
Dalam kuitansi atau surat-surat yang mempunyai kekuatan hokum jumlah yang ditulis dengan angka masih disertai jumlah yang ditulis dengan huruf yang ditulis diantara tanda kurung.

5.            Tanda Baca
Ada bermacam-macam tanda baca/pungtuasi, seperti titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), dan petik (“..”)

a.      Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai untuk menandai berakhirnya kalimat. Disamping itu tanda titik digunakan sesudah nomor bab atau subbab atau bagian dari subbab. Singkatannya yang terdiri dari huruf-huruf kapital, seperti SMP, SMA, ABRI tidak menggunakan titik. Singkatan dengan huruf kapital yang merupakan gelar yang diletakkan dibelakang nama tetap menggunakan titik dibelakang tanda koma tersebut.
Contoh :    BAB II pada bagian 5.2 dalam buku Pengantar Manajemen membahas tentang Perubahan Kurs.
Prof. Dr. Hartanto bekerja di RS. Triadipa.

b.      Tanda Koma (,)
Tanda koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan dalam suatu kalimat. Tanda koma sering digunakan setelah seruan. Contohnya:
1.      Walaupun ia lelah, ia tetap melakukan pekerjaan tersebut.
2.      Namun, pada tahun berikutnya ia harus memperbaiki motor itu lagi.
Tanda koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata tetapi, atau melainkan. Contohnya:
1.      Yang pergi bukan ayah, melainkan kakek.
2.      Pagi tadi mendung, tetapi di siang hari panas.


c.       Titik Koma (;)
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
·         Malam semakin larut; kami belum selesai juga
·         Semua murid diperlakukan sama; tidak ada murid yang dianak emaskan.
Contoh penggunaan yang tidak tepat:
·         Malam semakin larut kami belum selesai juga
·         Semua murid diperlakukan sama tidak ada yang dianak emaskan
Tanda titik koma juga digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma.
Contoh:
·         Siska membeli pensil,buku,tas ,dan penghapus; ina membeli baju,celana ,dan kemeja
·         Ayah mengurus tanaman ;ibu memasak didapur;adik belajar bahasa Indonesia
Contoh penggunaan yang tidak tepat:
·         Siska membeli pensil,buku,tas ,dan penghapus ina membeli baju,celana ,dan kemeja
·         Ayah mengurus tanaman ibu memasak didapur adik belajar bahasa Indonesia.
d.      Titik Dua(: )
Tanda titik dua dipakai akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian.
Contoh:
Ina membeli alat tulis seperti: buku,pensil, dan pulpen.
kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi,meja,dan lemari
Contoh penggunaan yang tidak tepat:
Ina membeli alat tulis buku,pensil, dan pulpen
kita sekarang memerlukan kursi,meja,dan lemari
Tanda titik dua juga digunakan untuk pemerian yang berbentuk formula, misalnya pemerian suatu organisasi sebagai berikut:
Ketua                 :  Lukman Hakim
Wakil ketuan      :  Muhammad Bayu Samudra
Sekertaris           :  Sheila Nur Triana
e.       Tanda Petik (“_”)
Tanda petik dalam tulisan atau ketikan biasanya dicetak dengan huruf miring. Penggunaan tanda petik dalam petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan tetap dicetak dengan suatu majalah pun tanda petik itu tetap digunakan. Dalam karangan tercetak tanda petik juga digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya.
Contoh:
·            Kata Lili ,”tunggu sebentar”.
·            Karna warna kulitnya hitam ,Budi mendapat julukan “Si Hitam”
Contoh penggunaan yang tidak tepat:
Kata Lili ,tunggu sebentar
Karna warna kulitnya hitam ,budi mendapat juluka Si Hitam.
6.            Tanda – Tanda Baca yang lain
Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru  (!), tanda kurung  ( ), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring  (/)  dan tanda penyingkat/apostrof  (‘)
Tanda pisah (-) dipakai diantara dua bilanga atau tunggal yang berati  sampai dengan atau diantara dua nama kota :
Contoh:
·         2000 – 2015
·         Depok – Jakarta
Tanda (-) tidak dipakai bersamaan perkataan dari dan antara
Contoh :
·         Dari halaman 13 sampai 25, bukan dari halaman 13 – 25
·         Anatar tahun 2000 dan 2015 , bukan 2000 – 2015-04-01
Tanda elips (…) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus.
Contoh:
·         Kalau begitu ……ya , marilah kita belajar bersama
·         Morfem ialah ….bentuk bebas yang terkecil
Tanda tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakan di akhir kalimat.
Contoh:
·         Kapan ia pergi?
·         Siapa nama kamu ?
Tanda tanya yang ditaruh di antara tanda kurung digunakan untuk menyatakan keragu-raguan atau kesangsian.
Contoh:
·         Ia dilahirkan pada tahun 1896 (?)
·         Uangnya sebanyak sepuluh juta rupiah(?) telah hilang
Tanda seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan
·         Pergi sekarang juga !
·         Merdeka !
Penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedi. Tanda kurung juga digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan.
Contoh :
·         Adi membuat SIM(surat ijin mengemudi)
·         Anto menjadi anggota DPR(dewan perwakilan rakyat)
Tanda kurung siku digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf , kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
Contoh :
·         Si Bintang Men[d]engar bunyi gemerisik
Tanda garis miring digunakan dalam penomoran surat.
Contoh :
·         No .18/pk/2000
·         Jalan Kelinci II/12
Untuk menunjukkan tahun anggaran atau tahun kuliah.
·         Contoh : 2003/2004 Garis miring berarti juga tiap-tiap atau per.
·         Contoh : Rp2500/orang
Tanda penyingkat atau apostrof (‘) digunakan untuk menunjukan adanya bagian –bagian yang dilesapkan.

0 comments:

Post a Comment

Selamat datang di blog saya

Jangan lupa untuk meninggalkan komentar anda ya sobat.
Sangat diharapkan menggunakan kata yang sopan
dan tidak mengandung unsur pornografi maupun SARA.

Terima kasih atas pengertiannya..